Senin, 18 April 2016

...permen NANO-NANO...


...aku mulai cerita ini dengan sejarah hidup abangku, yang kini telah menjadi Bapak dari ponakanku. 34 tahun yang lalu 2 tahun setelah Galunggung meluberkan lahar panasnya, Tuhan menitipkan jasad suci bernyawa pada ibuku. Tentu ibu bahagia, bersuka cita menyambut anak kedua mereka. Karena ini anak lelaki pertama bagi mereka, aku dapat pastikan abangku ini mendapatkan baju bayi baru yang bagus. Mana mungkin tega ibuku memakaikan baju bekas mbakku dulu. Ada pihak yang kurang senang dengan kehadiran abangku ini, siapa lagi kalau bukan mbak ayuku yang menjadi kakak di usianya yang baru 2 tahun. Jika saja dia sudah pintar berunjuk rasa, aku rasa ada ribuan sepanduk terpampang dengan besarnya di setiap sudut rumah, menolak kelahiran abangku ini.

“BESARKAN AKU DULU!!!”
“AKU TIDAK RELA DIGENDONG NENEK!!!”

…aku bukan termasuk perusak kebahagiaan orang lain, karena aku lahir 7 tahun setelah abangku lahir. Tentu dia sudah besar, di gendongpun sudah tidak mau. Tepatnya mamah sudah tidak mau menggendong abangku. Tapi miris, aku sebelumnya tidak pernah direncanakan untuk dibuat, karena dahulu mamah ikut program KB “ayudi”. Dari situ asal mula nama depanku.
…hari ini 18 April 2016 tepat abangku berusia 34 tahun. Jika kalian ingin tahu usiaku silahkan kurangkan 7 tahun. 34 tahun bukanlah waktu yang pendek, mungkin dahulu abangku tidak pernah terpikir apa yang akan terjadi di usianya yang ke 34. Banyak perjuangan, pengorbanan, pertarungan dan segala jenis perdebatan manusia dengan Tuhan-Nya. Yang kesemua tanda Tanya itu di jawab oleh waktu, dan angkuhnya sang waktu dia tidak pernah mau di ulang. Kita harus bersyukur, atau mungkin kembali bertanya, kenapa hidup begitu komplek. Begitu semberawut, ketika waktu tidak mau di putar ulang, Tuhan menghadirkan penyesalan. Tetapi percuma menyesal, bukankah kita tahu bahwa waktu tidak pernah bias diulang. Semoga segala bentuk penyesalan dapat di balas dengan segala bentuk prestasi hidup.

…dan aku tidak pernah mau menyesal, jika Tuhan titipkan kisah hidup yang bahagia, yang pahit, yang manis, yang asem, yang asin dan yang rame rasanya. Bagiku itu adalah permen Nano-Nano. Dahulu saat aku masih kecil ketika mbak dan abangku membeli permen ini, aku selalu takut memakannya. Karena aku tidak tahu rasa apa yang pertama kali muncul di permen itu. Kadang rasa pertama asin, kemudian manis, atau asem kemudian asin dan manis. Seperti itulah hidup kita, Nano-Nano. Selalu yakin bahwa hidup adalah kombinasi yang pas antara asem, pahit, manis dan asin. Permen itu mengajarkan kita untuk selalu siap dengan rasa yang muncul tiba-tiba sampai permen itu habis. Begitu juga hidup kita, jangan pernah egois selalu ingin meraskan manis, dan jangan pula berpikir bahwa hidup kita akan selamanya asem. Aku, adalah orang yang siap dengan ke-Nano-Nano-an hidup ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

...mari saling berbagi, dan mengkoreksi...