23 tahun silam, aku baru saja
menghirup O2 yang katanya cuma senyawa itu yang bisa membuat manusia hidup. Aku
si anak paling bontot dari 3 bersaudara memulai cerita hidupnya dari tanggal 29
Sepetember 1989 hari Jum’at pukul 03:05 dini hari. Aku adalah anak sang fajar,
yang bersentuhan dengan embun tanggal 29 September ‘89. Aku adalah anak sang pemimpi
yang terlahir tanpa seprai baru, tanpa baju baru, dan tanpa gendongan bayi
baru. Semuanya bekas kakak-kakakku. Aku adalah anak sang pujangga yang
karenanya aku menangis dengan nada yang begitu merdu. Aku adalah anak sang
kaisar. Mulai memimpin perang saat pertama kali dilahirkan. Aku adalah anak
pembawa perubahan yang karena egoku aku berhasil menyentuh emas tertinggi
harapan keluarga. Aku adalah anak sang dewa,yang karenanya aku ditugaskan untuk
menemukan sang dewi. Aku adalah aku, yang bajibaku dengan segala harapan. 23
tahun aku membuat sejarah, aku membuat cerita dan entah bagaimana akhirnya. Aku
kumpulkan mozaik-mozaik kehidupan, yang entah akan menjadi seperti apa.
Sepeda kecil pertamaku. Sabun mandi
kesukaanku. Shampoo, sikat, pasta, dan bedak kesukaanku. Pengalaman pertamaku
naik komedi putar. Kesedihanku saat aku telat daftar TK favorit di kampungku.
Baju lebaranku. Seragam sekolah dasar pertamaku. Buku pertamaku. Pensil, tas,
sepatu, dasi merah, topi, dan sebuah semangat yang menggebu pertamaku. Teman
sebangku pertamaku, guru pertamaku, tulisan pertamaku, dan sebuah sekolah dasar
pertamaku, yang kini menjadi sekolah dasar pertamanya bagi keponakanku, dan
bakal calon sekolah dasar bagi keponakanku berikutnya. Prestasi pertamaku,
rangking pertama pertamaku. Dan jatuh cinta pertamaku. Cinta monyet pertamaku.
Aku masih ingat semuanya. Aku masih ingat bayangan bahagia di mukaku saat
pertama-pertamaku.