...hmmm malam
ini aku melihat ada 3 pemberitahuan dalam beranda akun FB-ku, hanya 3..sedikit
dan itu biasa...
...kemudian aku
melihat beranda, aku melihat status teman-teman Fb-ku yang online, di bawah status
mereka ada semacam waktu yang menentukan kapan mereka meluncurkan status
mereka, baru saja, beberapa menit yang lalu, 4 menit yang lalu, bahkan ada yang
nyampe 10 jam yang lalu.
Aku tersenyum
dibuatnya, manusia pada abad ini semakin gampang untuk dideteksi, lepas dari
benar atau tidaknya status mereka. Hmmm...rindupun menjadi tak berarti, kangen
yang mendalam menjadi luluh lantah karena tekhnologi. Setiap orang jadi
kehilangan momen penting dalam bercinta, yaitu rindu. Tekhnologi mengajarkan
kita untuk tidak sabar, untuk tidak setia,untuk membeberkan kesal pada semua
orang.
Aku kangen
ekspresi wajah seorang wanita yang menerima surat dari sang kekasih di
perantauan seperti ekspresi kakaku dulu didalam kamarnya, dan ketika sang kekasih yang kini menjadi kakak
iparku mendapat balasannya,
wajah pejantannya hilang karena tertiup rindu.
Kerjanya,
harinya semakin bersemangat, dan semakin melambat ketika angin mudik datang.
Seminggu diperantauan serasa sebulan yang tak kunjung selesai ketika musim
mudik datang. Begitu indah cinta bukan??, ketika rindupun hanyalah air mata dan
kesabaran yang bisa menemani, dibaca beberapa kali surat itu seperti kita
membaca pesan masuk di FB atau rangkaian BBM,atau SMS. Tapi jelas beda kawan,
ketika kakak harus mengumpulkan lembaran lembaran lusuh surat dari sang
kekasih, dikumpulkannya surat itu berwarna warni dan bermacam wangi. Indah,
indah sekali menghiasi kotak kecil bekas kue lebaran milik mamah. Saban malam
kakak lihat surat itu, diperhatikannya tulisan itu, coretan kecil disurat itu
menjadi semacam kelucuan tersendiri. Senyum itu berbuah kesetiaan.
Setiap bulan
dalam hidupnya, selalu di isi dengan penantian, seru melihatnya aku. Ingin aku
baca lembaran-lembaran warna warni itu, tapi sayang aku belum bisa membaca.
Dengan melihat rona wajah kakak saja aku senang, maka saban bulan pun menjadi
penantianku, karena setiap bulan aku menyaksikan kisah romeo dan juliet yang
bercumbu dengan rindu.
Kini semua
penantian, rindu, dan kesetiaan terbayar dengan pantas, seorang anak laki-laki
dan perempuan terlahir dari rahim kakaku. Lucu dan rupawan wajah mereka, itulah
hasil surat menyurat kawan. Ingin aku memperlihatkan kisah cinta orang tua
mereka lewat surat-surat itu. Itulah kisah yang tertuang dalam pena dan kertas.
Dahulu mengajarkan
kita benar benar mandiri meski kekasih telah dimiliki, dahulu mengajarkan kita
untuk tetap fokus pada mimpi, tapi sekarang, lihatlah kawan kesal sedikikt,
lapor, saban jam, saban menit, lapor, ketika berangkat, pulang, lapor, malam
hari, lapor, pagi lapor, siang, lapor, sore, lapor. Hmmm...jenuh pastinya, dan
ketika menikah nanti,
kegiatan sang kekasih sudah terbiasa diketahui, lalu disebelah mana kangen dan
rindu itu terselip???
Dan bagaimana
kita menyampaikan kisah cinta kita pada anak-anak kita???
Lewat pesan di
FB??? Sepertinya tidak mungkin
Lewat rangkaian
BBM??? Itupun mustahil
Lewat SMS di
inbox handphone kita??? Dibatasi dengan jumlah pesan masuk.
Lalu pake apa???
Bagaimanapun
juga sejarah tetap harus dicatat tak bisa hanya di simpan.