Minggu, 27 Januari 2013

pena dan kertas

...hmmm malam ini aku melihat ada 3 pemberitahuan dalam beranda akun FB-ku, hanya 3..sedikit dan itu biasa...
...kemudian aku melihat beranda, aku melihat status teman-teman Fb-ku yang online, di bawah status mereka ada semacam waktu yang menentukan kapan mereka meluncurkan status mereka, baru saja, beberapa menit yang lalu, 4 menit yang lalu, bahkan ada yang nyampe 10 jam yang lalu.
Aku tersenyum dibuatnya, manusia pada abad ini semakin gampang untuk dideteksi, lepas dari benar atau tidaknya status mereka. Hmmm...rindupun menjadi tak berarti, kangen yang mendalam menjadi luluh lantah karena tekhnologi. Setiap orang jadi kehilangan momen penting dalam bercinta, yaitu rindu. Tekhnologi mengajarkan kita untuk tidak sabar, untuk tidak setia,untuk membeberkan kesal pada semua orang.
Aku kangen ekspresi wajah seorang wanita yang menerima surat dari sang kekasih di perantauan seperti ekspresi kakaku dulu didalam kamarnya, dan ketika sang kekasih yang kini menjadi kakak iparku mendapat balasannya, wajah pejantannya hilang karena tertiup rindu.
Kerjanya, harinya semakin bersemangat, dan semakin melambat ketika angin mudik datang. Seminggu diperantauan serasa sebulan yang tak kunjung selesai ketika musim mudik datang. Begitu indah cinta bukan??, ketika rindupun hanyalah air mata dan kesabaran yang bisa menemani, dibaca beberapa kali surat itu seperti kita membaca pesan masuk di FB atau rangkaian BBM,atau SMS. Tapi jelas beda kawan, ketika kakak harus mengumpulkan lembaran lembaran lusuh surat dari sang kekasih, dikumpulkannya surat itu berwarna warni dan bermacam wangi. Indah, indah sekali menghiasi kotak kecil bekas kue lebaran milik mamah. Saban malam kakak lihat surat itu, diperhatikannya tulisan itu, coretan kecil disurat itu menjadi semacam kelucuan tersendiri. Senyum itu berbuah kesetiaan.
Setiap bulan dalam hidupnya, selalu di isi dengan penantian, seru melihatnya aku. Ingin aku baca lembaran-lembaran warna warni itu, tapi sayang aku belum bisa membaca. Dengan melihat rona wajah kakak saja aku senang, maka saban bulan pun menjadi penantianku, karena setiap bulan aku menyaksikan kisah romeo dan juliet yang bercumbu dengan rindu.
Kini semua penantian, rindu, dan kesetiaan terbayar dengan pantas, seorang anak laki-laki dan perempuan terlahir dari rahim kakaku. Lucu dan rupawan wajah mereka, itulah hasil surat menyurat kawan. Ingin aku memperlihatkan kisah cinta orang tua mereka lewat surat-surat itu. Itulah kisah yang tertuang dalam pena dan kertas.
Dahulu mengajarkan kita benar benar mandiri meski kekasih telah dimiliki, dahulu mengajarkan kita untuk tetap fokus pada mimpi, tapi sekarang, lihatlah kawan kesal sedikikt, lapor, saban jam, saban menit, lapor, ketika berangkat, pulang, lapor, malam hari, lapor, pagi lapor, siang, lapor, sore, lapor. Hmmm...jenuh pastinya, dan ketika menikah nanti, kegiatan sang kekasih sudah terbiasa diketahui, lalu disebelah mana kangen dan rindu itu terselip???
Dan bagaimana kita menyampaikan kisah cinta kita pada anak-anak kita???
Lewat pesan di FB??? Sepertinya tidak mungkin
Lewat rangkaian BBM??? Itupun mustahil
Lewat SMS di inbox handphone kita??? Dibatasi dengan jumlah pesan masuk.
Lalu pake apa???
Bagaimanapun juga sejarah tetap harus dicatat tak bisa hanya di simpan.