Jumat, 29 April 2016

..."hal-hal besar menanti di setiap tikungan"_Richard M.DeVos_

...aku kencangkan sabuk pengaman di kursi sopirku, aku tekan gas hingga jarum speedometer naik drastis ke angka 100, aku tahu ini bukan jalan bebas hambatan. Tapi kadang kita perlu berjalan cepat di jalan yang berlubang agar tak terlalu lama kita terjerembab didalamnya. Akan sedikit brutal dan akan sedikit menakutkan, tapi bukankah setiap inci dari kehidupan selalu menakutkan?...

...memutuskan keluar dari lembah yang telah mengantarkanku ke berbagai pelosok dunia adalah keputusan besar dalam hidupku. Aku berdebat dengan seisi sudut hatiku, dengan seluruh praksi yang telah ikut memutuskan keputusan-keputusan besar dalam hidupku di masa lalu. Aku koordinasikan dengan tim ahli dari berbagai pelosok negeri, Aku rundingan dengan negara sahabat yang selalu mendukung semua karierku. Aku telah berada di sebuah keputusan hasil perundingan itu...

...aku ajukan hasilnya ke pemimpin lembah tempat aku berada sekarang ini. Kembali aku temukan pro dan kontra, penandatanganan yang bertele-tele menghambat planning yang telah aku susun. Tidak apa, akan ada waktu dan materi yang dikorbankan. Berbagai kemungkinan telah aku telaah bersama tim yang luar biasa didalam hidupku. Aku keluar...

...hanya kata bagaimana yang mereka pertanyakan padaku.Jika saja ku tahu bagaimana kedepannya, tentu tak perlu aku rundingkan semuanya. Begitulah cerita dalam kehidupan manusia, semuanya akan indah pada waktunya. Semua ini bukan tentang baik dan salah, bukan untuk di tilai oleh manusia, Tuhan tidak pernah memaksakan umatnya untuk menjadi apa yang orang lain mau, Tuhan menitipkan raga untuk dijaga...

...Jika saja aku tahu, bagaimana. Tak perlu aku meratapi...
...Jika saja aku tahu, bagaimana. Tak perlu aku bersikeras.
...Cukup diam dan menikmati...

Senin, 18 April 2016

...permen NANO-NANO...


...aku mulai cerita ini dengan sejarah hidup abangku, yang kini telah menjadi Bapak dari ponakanku. 34 tahun yang lalu 2 tahun setelah Galunggung meluberkan lahar panasnya, Tuhan menitipkan jasad suci bernyawa pada ibuku. Tentu ibu bahagia, bersuka cita menyambut anak kedua mereka. Karena ini anak lelaki pertama bagi mereka, aku dapat pastikan abangku ini mendapatkan baju bayi baru yang bagus. Mana mungkin tega ibuku memakaikan baju bekas mbakku dulu. Ada pihak yang kurang senang dengan kehadiran abangku ini, siapa lagi kalau bukan mbak ayuku yang menjadi kakak di usianya yang baru 2 tahun. Jika saja dia sudah pintar berunjuk rasa, aku rasa ada ribuan sepanduk terpampang dengan besarnya di setiap sudut rumah, menolak kelahiran abangku ini.

“BESARKAN AKU DULU!!!”
“AKU TIDAK RELA DIGENDONG NENEK!!!”

…aku bukan termasuk perusak kebahagiaan orang lain, karena aku lahir 7 tahun setelah abangku lahir. Tentu dia sudah besar, di gendongpun sudah tidak mau. Tepatnya mamah sudah tidak mau menggendong abangku. Tapi miris, aku sebelumnya tidak pernah direncanakan untuk dibuat, karena dahulu mamah ikut program KB “ayudi”. Dari situ asal mula nama depanku.
…hari ini 18 April 2016 tepat abangku berusia 34 tahun. Jika kalian ingin tahu usiaku silahkan kurangkan 7 tahun. 34 tahun bukanlah waktu yang pendek, mungkin dahulu abangku tidak pernah terpikir apa yang akan terjadi di usianya yang ke 34. Banyak perjuangan, pengorbanan, pertarungan dan segala jenis perdebatan manusia dengan Tuhan-Nya. Yang kesemua tanda Tanya itu di jawab oleh waktu, dan angkuhnya sang waktu dia tidak pernah mau di ulang. Kita harus bersyukur, atau mungkin kembali bertanya, kenapa hidup begitu komplek. Begitu semberawut, ketika waktu tidak mau di putar ulang, Tuhan menghadirkan penyesalan. Tetapi percuma menyesal, bukankah kita tahu bahwa waktu tidak pernah bias diulang. Semoga segala bentuk penyesalan dapat di balas dengan segala bentuk prestasi hidup.

…dan aku tidak pernah mau menyesal, jika Tuhan titipkan kisah hidup yang bahagia, yang pahit, yang manis, yang asem, yang asin dan yang rame rasanya. Bagiku itu adalah permen Nano-Nano. Dahulu saat aku masih kecil ketika mbak dan abangku membeli permen ini, aku selalu takut memakannya. Karena aku tidak tahu rasa apa yang pertama kali muncul di permen itu. Kadang rasa pertama asin, kemudian manis, atau asem kemudian asin dan manis. Seperti itulah hidup kita, Nano-Nano. Selalu yakin bahwa hidup adalah kombinasi yang pas antara asem, pahit, manis dan asin. Permen itu mengajarkan kita untuk selalu siap dengan rasa yang muncul tiba-tiba sampai permen itu habis. Begitu juga hidup kita, jangan pernah egois selalu ingin meraskan manis, dan jangan pula berpikir bahwa hidup kita akan selamanya asem. Aku, adalah orang yang siap dengan ke-Nano-Nano-an hidup ini.

Selasa, 29 Maret 2016

...rindu yang telah berlalu...

...dalam dekap tanah Sumatera, aku bercumbu pada bising dan sepi. bercengkrama pada embun-embun pagi kota Prabumulih. Ini adalah tempat dimana aku tidak pernah dilahirkan, tapi Tuhan telah mentakdirkan aku untuk dapat mengecap sari pati hidup di Sumatera. Negara ini memiliki banyak pulau, pulau-pulau terbesar di dunia, Sumatera salah satunya. Tanah yang kering, tanah melayu yang keras. 
...Tuhan pertemukan aku dengan budaya baru, orang-orang baru, dunia baru, pengalaman baru. Aku merana setiap hari. Rinduku pada rumah, pada hangatnya pagi dan pada duniaku yang lalu. Aku rindu Ibu. Rindu senyumnya, rindu baunya, rindu dekapnya. Aku rindu seisi yang lalu. Tapi hidup tidak melulu tentang masa lalu.



Jumat, 29 Januari 2016

...setia...

Malam ini Satnite, begitu remaja sekarang bilang. Malam minggu, malam bercumbu kasih, malam pengabdian bagi sebagian orang. Malam minggu malam yang sama dengan malam – malam lainnya. Cinta sepertinya enggan berkunjung ke lubuk hatiku, setelah terakhir aku memutuskan untuk sendiri. Entahlah, cinta yang salah atau aku yang salah kaprah. Di Bogor ini malam minggu selalu basah karena memang ini kota yang basah di Indonesia. Sepertinya air hujan sudah menjadi kawan setia kota ini. Dia si hujan yang setia, tak kenal senja tak kenal pagi atau satnite. Dia setia. Seperti setianya jingga pada senja, dan gelap pada malam. Kesetiaan yang abadi.

...coklat, dari kaka untuk adiknya yang coklat....

Coklat,
Kulitku yang coklat.
Coklat yang coklat dan manis.

Dalam hidupku tidak ada coklat terbaik di dunia ini selain coklat yang aku dapat dari susah payahnya kakak perempuanku menyisipkan uang jajan, yang hanya cukup untuk membeli dua buah coklat saja, yang salah satunya dia beli untukku. Saban pagi hanya demi membujukku mandi, atau membujukku keramas, dia menjanjikan coklat terbaik yang akan dia bawa saat dia pulang sekolah nanti. Dan aku tergiur dengan bujukkannya itu. Menanglah dia, memandikanku dan mengkramasiku sampai aku teriak-teriak karena dingin. Itulah coklat terbaik!!!.

Coklat yang dibalut kasih sayang dan kesabaran, rasanya luar biasa nikmat. Manis sedikit pahit ciri khas coklat terbaik dunia. Bagiku saat itu, saat usiaku belum genap di angka 6, hariku sangat indah. Saat teman-teman sebayaku tidak bisa makan coklat di siang hari, aku bisa makan coklat dengan lahap. Aku hafal betul jadwal kakak perempuanku pulang, dengan rok warna birunya dan tas nya yang sudah kumal, dia tampak cantik. Aku nantikan kedatangannya di ujung jalan gank menuju ke rumahku. Dari kejauhan dia sudah tersenyum, aku menanti coklat. 
Kadang coklat itu lumer di bungkusnya karena terik mentari siang yang memanggang kakaku di sepanjang jalan menuju rumah. Dia adalah atlit jalan santai terbaik saat itu, karena setiap dia harus beli coklat untukku atau harus membeli buku LKS baru, maka uang yang harusnya untuk bayar angkot dia simpan. Dan dia rela kakinya yang halus berubah gosong kering dan keras macam pemain bola, jalan kaki sejauh 5 km. Itulah perjuangan demi sebuah coklat yang dia beli untuk adiknya yang coklat.

Aku girang bukan kebayang mendapatkan coklat berbungkus kertas warna merah dan putih, bertuliskan Coklat Cap Jago.


Sampai saat ini aku bilang itu coklat terbaik yang dimiliki bangsa ini. 

...mozaik perahu kayu...

...entah dari mana aku harus memulai, seperti ada sebuah tekanan di bagian dadaku...mungkin rasa lelah atau mungkin sebuah rasa lain yang harus aku pertanyakan pada diriku sendiri.
...ada rasa dimana aku benar benar ingin menangis, ketika aku mencoba mengenang sebuah susunan mozaik hidup yang telah aku temukan, bahkan tak jelas akan menjadi gambar apa...
...diotakku berputar bahkan berebut tempat susunan kata yang ingin keluar untuk aku curahkan disini, seperti tentang cinta yang tak kunjung jelas, tentang hidup yang samar dan tak nampak, tentang segala perasaan yang begitu besar, bahkan mimpipun enggan tak peduli pada perebutan itu...mimpi tentang orang asing, sorebone, musim dingin, semi, gugur...bahkan ketika aku tak tahu akan dengan siapa aku melalui semua itu masih samar dalam hidupku...
...lagi – lagi itulah hidup kawan, tidak akan pernah ada yang merasa puas, dan aku akan tetap haus, haus, haus dan haus...
...aku haus pada jilatan-jilatan apik para fropesor, aku haus pada rangkaian-rangkaian cerdik para guru besar yang terangkum indah, aku haus pada berjuta – juta mimpi yang kadang berlari gesit untuk menghindar ketika aku akan menangkapnya, dan aku haus pada pengalaman dalam menemukan mozaik kehidupan...
...berkumpulah mimpi, bersiaplah berlari karena aku akan siap mengejar lebih cepat, lebih cepat, lebih cepat dari gerakanmu...